Kamis, 10 November 2011

Saat Inflasi Bebani Rakyat China


Bagi sopir taksi di Shanghai seperti Nie Haiming, mengais rezeki di jalan sekarang sungguh menyiksa. Sehari-hari Nie harus berhadapan dengan kemacetan jalan, harga bensin yang mahal, jam kerja yang panjang, 20 jam sehari, hingga penumpang yang sering membayar ongkos kurang. Hidup menjadi begitu terasa pahit.

Seperti sopir taksi lainnya, dalam sehari Nie mengitari jalan-jalan kota di China hingga 300 mil (480 kilometer) dengan penghasilan per bulan sekitar 3.000 - 4.000 yuan atau setara 450 - 600 dollar AS. Bagi Nie, penghasilan tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kehidupannya di tengah laju infl asi yang tinggi.

"Pekerjaan ini sangat melelahkan. Kadang pada malam hari saya kelelahan hingga menabrak trotoar," ungkap Nie.

Upah yang buruk di tengah lonjakan harga bahan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) telah menggerakkan roda inflasi di China. Dikurung oleh ketidakberdayaan, para sopir taksi malang seperti Nie pun hanya bisa mengumpat dan membuang keluhan mereka di jalan.

Ironisnya, meski digencet upah yang buruk dan laju inflasi yang menggila, jumlah sopir taksi di Shanghai tidak berkurang. Seiring dengan melambungnya ekonomi China yang dibarengi lonjakan infl asi, para sopir taksi tersebut harus berjuang melawan tingginya biaya hidup saat ini.

Bersama 100.000 orang sopir taksi lainnya, Nie acap begadang untuk mendapat tambahan uang lembur. Bagi Nie, yang keseharian diisi dengan kerja keras, holiday alias liburan hanyalah sebuah lamunan kosong.

Semenjak laju inflasi terus merangkak naik, biaya hidup sekarang semakin mahal. Melalui hasil jajak pendapat yang dilakukan Traffic Radio di Beijing, untuk bisa memenuhi kebutuhan perut, seseorang harus bekerja rata-rata 11 - 13 jam dalam sehari. "Saya menjadi sopir taksi sudah 12 tahun dan setiap tahun kondisi semakin sulit," kata Tang Aimei, 47 tahun, satu dari sedikit sopir taksi wanita di China

Inflasi BBM

Tang bekerja untuk Qiangsheng, sebuah perusahaan taksi terkemuka di Shanghai. Selama lebih dari satu dekade bekerja, Tang tidak pernah menikmati waktu liburan. Tang kini khawatir bila harga minyak mentah dunia tidak kunjung turun, maka uang setoran taksinya akan naik.

Bagi Tang, lonjakan harga minyak mentah dunia sangat dirasakan. Setiap hari, Tang harus merogoh kocek hingga 300 yuan hingga 350 yuan hanya untuk membeli bensin. Dua tahun lalu, Tang hanya menghabiskan 200 yuan untuk membeli bensin.

"Pemerintah tidak memedulikan kami, mereka tidak menstabilkan harga bahan bakar," kata Tang. Pemerintah pusat sebetulnya telah memberikan izin kepada sopir taksi untuk menaikkan tarif 12 yuan sampai 14 yuan. Sayangnya, Tang menilai usulan pemerintah itu kurang jitu karena hanya membuat penumpang mereka berkurang.



Sumber : Koran Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Game Online

Taxi Truck

Play free Games - a game from Driving | Racing Games