Jumat, 22 Juli 2011

Kisah Dedikasi Di Tengah Himpitan


Ini cerita yang dialami pacar gw, bukan gw… tapi menyentuh gw banget, makanya gw merasa harus menshare ini.

Jadi ceritanya siang ini pacar gw bersama koleganya mengambil taksi Blue Bird di jalan TB Simatupang. Sang pengemudi berusia kira-kira 40 an. Sepanjang perjalanan si pengemudi bernama pak Bambang S. ini terkesan ramah. Dia sempat mengeluhkan soal ormas-ormas preman yang kerjanya hanya memalak orang kecil seperti dia.

Tiba-tiba di tengah jalan, handphonenya berbunyi. Pak Bambang mengangkat dan segera berujar “Nanti ya, bapak lagi bawa penumpang”. Tetapi sebelum sempat menutup pembicaraan, tampak bahwa si penelepon punya masalah serius, dan tiba-tiba suara pak Bambang berubah:

“Kenapa?? Sudah, bawa dia ke rumah sakit! Kamu jangan panik, bawa dia ke rumah sakit terdekat!”
Pacar gw pun bingung, saling liat2an dengan koleganya, dan menanyakan kalau pak Bambang ada masalah dan perlu pulang. Pak Bambang diam saja, terus menyetir dengan tenang walaupun pelan-pelan melambat sambil menyalakan lampu sinyal ke kiri. Dan pacar gw melihat dari kaca spion mata pak Bambang memerah dan berkaca-kaca.

Kemudian pak Bambang merapat ke pinggir jalan dan berkata, “Maaf ya bu, anak saya anfal, saya tidak bisa melanjutkan perjalanan”. Pacar gw pun berkata tidak apa-apa karena bisa melanjutkan dengan taksi lain.

Pak Bambang berkata, “Bu, jangan di sini, saya akan carikan tempat yang ibu gampang cari taksi”
Akhirnya taksi melaju lagi, dan akhirnya berhenti di showroom Nissan di arteri Pondok Indah. Pak Bambang kemudian turun dari taksi, dan segera oleh 2 penumpang perempuannya pak Bambang didesak agar segera pulang, sambil menyodorkan pembayaran.

Pak Bambang menolak, sambil berkata, “Jangan bu, soalnya saya tidak bisa mengantar sampai di tempat. Biar saya carikan taksi dulu”

Pacar gw dan temannya bersikeras untuk membayar dan akhirnya diterima Pak Bambang. Sambil menunggu taksi pengganti, pacar gw menanyakan sakit apa yang diderita anak Pak Bambang. Beliau menjawab “Kanker Limpa”, dan ternyata sudah kronis, diderita sejak kecil. Dan sekarang anak ini baru berusia 9 tahun. Ternyata anak ini baru saja pulang dari RSCM 2 hari yang lalu setelah perawatan, di mana dokter juga sudah menyerah.
Akhirnya Pak Bambang mendapatkan taksi baru, dan Pak Bambang menunggui sampai para penumpangnya masuk ke taksi baru dan pergi.

Yang menyentuh gw dari kejadian ini bukanlah kisah sedih anak Pak Bambang yang sakit kanker. Kisah ini tentunya sedih, tanpa keraguan, tetapi yang lebih menyentuh gua: dalam keadaan sesulit itu, ditambah keadaan genting anaknya, pak Bambang masih menjaga dedikasinya sebagai pengemudi. Bahkan memastikan penumpangnya mendapatkan pengganti taksi terlebih dahulu.

Dan gw jadi malu dengernya….  karena profesionalitas dan dedikasi gak ada apa-apanya dibanding pak Bambang :( 

Dan maaf, gw juga jadi kepikiran para pemimpin negeri ini. Kalau negara ini ibarat “taksi”, maka ketika para ”penumpang” (baca: rakyat) sudah menderita, dirampok, dianiaya, maka “pengemudinya” santai saja tidak bertindak. Tapi ketika pengemudinya yang mendapat berita negatif sedikit atau dikritik, langsung cepat mencak-mencaknya….

Negeri ini, dan kita semua, perlu lebih banyak meneladani pak Bambang :( 




Sumber : http://manampiring17.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Game Online

Taxi Truck

Play free Games - a game from Driving | Racing Games