Kamis, 21 Juli 2011

Sopir Taksi Gelap Dan Calo Demo


Ratusan sopir taksi gelap dan calo, Senin (18/7), mengelar aksi demo di depan kantor PT Angkasa Pura (AP) II, pengelola Bandara Soekarno - Hatta. Mereka tidak terima atas kebijakan PT AP II yang melarang beroperasinya para penyandang penyakit sosial itu.

"Kami cuma mau cari nafkah, masak tidak boleh? PT AP II tidak punya perasaan," ujar Zaenal, sopir taksi gelap yang sudah lima tahun beroperasi di Bandara Soekarno - Hatta.

Menurut Zaenal, mereka adalah bukan penjahat sehingga tidak pantas diperlakukan seperti pelaku kriminal. "Masak untuk merazia kami, harus dengan mengerahkan Brimob dan todongan senjata laras panjang. Apakah itu manusiawi?" tandasnya.

Seperti diketahui, PT AP II sejak 14 - 17 Juli, menggelar razia penertiban para penyandang penyakit sosial seperti calo, sopir taksi gelap, dan pedagang kaki lima (PKL), yang biasa beroperasi di Bandara Soekarno - Hatta. Dalam razia itu PT AP II terpaksa mengerahkan 100 orang personil Brimob, lengkap dengan senjata laras panjang. Dari razia empat hari itu, membuat para penyandang penyakit sosial tadi resah, sebab mereka tidak bisa mencari nafkah.

Basri, sopir taksi gelap lainnya, mengatakan bahwa tidak mudah untuk mengusir mereka dalam waktu singkat, tanpa ada solusi yang tepat. "Kami di sini sudah tahunan, sekarang tiba-tiba mau diusir tanpa ada solusi. Tentu kami tidak terima. Karena kami bukan pelaku kriminal, kami hanya mencari nafkah," tegasnya.

Menurut Basri, mencari nafkah dengan menjadi sopir taksi gelap di Bandara Soekarno - Hatta memang cukup lumayan. Dalam sehari dirinya bisa mendapatkan uang sebesar Rp 200.000, setelah dipotong membayar sewa mobil sebesar Rp 120.000. "Biasanya tamu dari luar kota yang memakai jasa kami," ujarnya.

Seperti rute Bandara ke Mangga Besar bisa mencapai Rp 160.000, sedangkan ke Slipi bisa Rp 100.000. "Memang agak mahal, tapi pelayanan kami juga bagus. Setiap barang yang ketinggalan, pasti kami kembalikan jika penumpang itu menelepon," ucapnya.

Setelah melakukan aksi demo beberapa saat, sekitar 10 orang perwakilan mereka diterima manajemen PT AP II, untuk mencari solusi. Namun setelah sekitar 30 menit bernegosiasi, ternyata tidak ada hasil yang memuaskan.

Tak Bisa Ditawar
Manajemen PT AP II tetap pada komitmennya yakni melarang para penyandang penyakit sosial itu untuk kembali beroperasi.

"Saya katakan, operasi penertiban tetap berjalan dalam rangka memberi kenyamanan bagi pengguna jasa di sini. Jadi kami himbau kepada para calo, sopir taksi gelap, dan PKL, untuk segera mundur. Ini untuk menghindari adanya benturan. Jika sudah ada benturan pintu komunikasi akan tertutup," tegas Mulya Abdi, Deputi GM PT AP II.

Menurut Mulya, resiko apapun akan ditempuh oleh PT AP II guna mewujudkan status Bandarta Soekarno - Hatta berkelas dunia pada 2014. "Pokoknya apapun kegiatan yang ilegal di Bandara Soekarno - Hatta kami larang. Semuanya harus sesuai ijin!" ucapnya.

Sementara itu, Ruhiyat, tokoh masyarakat di ingkungan Bandara Soekarno - Hatta, yang mewakili para sopir taksi gelap, juga tetap ngotot. "Karena ini berkait masalah perut, kami tidak bisa mundur begitu saja," ujarnya.

Menurut Ruhiyat, PT AP II harus bersikap adil. Karena selama ini taksi berpelat hitam juga banyak yang berasal dari perusahaan jasa seperti Blue Bird dan Cipaganti. "Kami khawatir ini hanya permainan mereka untuk mengusir kami. Sebab jumlah taksi pelat hitam dari mereka juga banyak," tegasnya.


Sumber : Wartakotalive.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Game Online

Taxi Truck

Play free Games - a game from Driving | Racing Games